STRATEGI COPING UNTUK MENGHADAPI KONFLIK PEKERJAANKELUARGA DALAM MENCAPAI KINERJA OPTIMAL: SEBUAH AGENDA PENELITIAN
Abstract
Tuntutan yang meningkat terhadap manajemen untuk memahami kehidupan bekerja dan
berkeluarga telah berubah. Dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, tentunya pada pasangan
suami istri yang keduanya bekerja telah meningkatkan hubungan ketergantungan antara
pekerjaan dan keluarga. Di sisi lain, menurut Teori Konservasi Sumber Daya bahwa seseorang
akan berusaha untuk memperoleh dan menjaga sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya
disini meliputi sasaran, kondisi (status pernikahan, jabatan), karakter pribadi (nilai diri), dan
energy (waktu, uang, pengetahuan). Ancaman terhadap kehilangan yang sesungguhnya dari
ketiga sumber daya tersebut akan mengakibatkan “keadaan negatif”, misalnya mengalami
stress/konflik (konflik pekerjaan-keluarga), ketidakpuasan kerja, depresi atau tekanan. Dalam
bekerja, masing-masing individu memiliki tujuan/pengharapan yang hendak dicapai. Untuk itu,
individu akan mengerahkan segenap usahanya dengan mengerahkan potensi yang ada guna
mengatasi konflik yang muncul, dengan memilih strategi coping yang tepat, sehingga akan dapat
mencapai kinerja sesuai tanggung jawabnya (in-role), sampai menemukan kepuasan kerja.
Seseorang akan merasa puas terhadap hasil kerjanya bila ada penghargaan dari organisasi.
Hal ini akan mendorong untuk membantu rekan kerjanya menyelesaikan pekerjaan, sebagai
wujud kinerja extra-role atau organizational citizenship behavior (OCB). Kinerja extra-role
merupakan perilaku sukarela dari seorang karyawan untuk mau melakukan tugas atau
pekerjaan di luar tanggung jawab atau kewajibannya untuk kemajuan organisasi. Kinerja extrarole
akan mudah tercipta bila ada rasa kebersamaan (kohesivitas) dari para anggota organisasi
yang terlibat.
Gagasan ini masih terbatas pada kajian literatur, sehingga membutuhkan pembuktian secara
empiris agar mendapat bukti yang dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan di
organisasi.
berkeluarga telah berubah. Dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, tentunya pada pasangan
suami istri yang keduanya bekerja telah meningkatkan hubungan ketergantungan antara
pekerjaan dan keluarga. Di sisi lain, menurut Teori Konservasi Sumber Daya bahwa seseorang
akan berusaha untuk memperoleh dan menjaga sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya
disini meliputi sasaran, kondisi (status pernikahan, jabatan), karakter pribadi (nilai diri), dan
energy (waktu, uang, pengetahuan). Ancaman terhadap kehilangan yang sesungguhnya dari
ketiga sumber daya tersebut akan mengakibatkan “keadaan negatif”, misalnya mengalami
stress/konflik (konflik pekerjaan-keluarga), ketidakpuasan kerja, depresi atau tekanan. Dalam
bekerja, masing-masing individu memiliki tujuan/pengharapan yang hendak dicapai. Untuk itu,
individu akan mengerahkan segenap usahanya dengan mengerahkan potensi yang ada guna
mengatasi konflik yang muncul, dengan memilih strategi coping yang tepat, sehingga akan dapat
mencapai kinerja sesuai tanggung jawabnya (in-role), sampai menemukan kepuasan kerja.
Seseorang akan merasa puas terhadap hasil kerjanya bila ada penghargaan dari organisasi.
Hal ini akan mendorong untuk membantu rekan kerjanya menyelesaikan pekerjaan, sebagai
wujud kinerja extra-role atau organizational citizenship behavior (OCB). Kinerja extra-role
merupakan perilaku sukarela dari seorang karyawan untuk mau melakukan tugas atau
pekerjaan di luar tanggung jawab atau kewajibannya untuk kemajuan organisasi. Kinerja extrarole
akan mudah tercipta bila ada rasa kebersamaan (kohesivitas) dari para anggota organisasi
yang terlibat.
Gagasan ini masih terbatas pada kajian literatur, sehingga membutuhkan pembuktian secara
empiris agar mendapat bukti yang dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan di
organisasi.
Full Text:
View JournalRefbacks
- There are currently no refbacks.