Analisa Perkembangan Jumlah Outlet Kantor Cabang dan Kebutuhan Frontliners di Era Digital Banking (Studi kasus di Bank Syariah Anak Perusahaan dan UUS Bank BUMN di Yogyakarta)
Abstract
Perkembangan teknologi perbankan melalui digital banking mengakibatkan interaksi antara nasabah dan bank mulai berkurang, karena nasabah dapat menggunakan fasilitas teknologi yang cepat dan mudah untuk bertransaksi. Biro Riset BI, mencatat sejak Desember 2015 hingga Agustus 2017 jumlah kantor cabang bank milik bank-bank umum di Indonesia ternyata berkurang sejumlah 314 unit atau dari 32,949 menjadi 32.635. Digitalisasi perbankan tidak hanya berdampak bagi bank konvensional tetapi juga di bank syariah. Bank syariah melakukan perbaikan teknologi untuk mempermudah akses layanan transaksi keuangan nasabahnya, walaupun layanan digital di bank syariah masih terbatas pada layanan secara online melalui atm, cdm, sms banking, mobile banking, internet banking, informasi pemasaran produk, deskripsi produk dan persyaratannya, transfer, pembayaran, penarikan, dan penyetoran dana.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perkembangan jumlah outlet kantor cabang dan kebutuhan frontliners di Era Digital Banking (studi kasus di Bank Syariah Anak Perusahaan dan Unit Usaha Syariah Bank BUMN di Yogyakarta). Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2015 sampai th 2017 jumlah outlet kantor bank syariah di Yogyakarta dan jumlah teller tidak menunjukkan perkembangan tetapi juga tidak ada pengurangan. Sedangkan customer service ada penambahan karena jumlah tenaga marketing bank yang bertambah. Kebutuhan industri perbankan untuk saat ini adalah tenaga pemasar, sedangkan frontliners selama 3 tahun belum ada penambahan kebutuhan tenaga kerja. Sehingga bagi dunia pendidikan bisa menyesuaikan kurikulum pendidikannya agar dapat menyesuaikan kebutuhan industri.
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.